About This Blog

Sekapur Sirih dari Mas Anom.


Halo saudara, Saya Raden Anom Prakoso S.Sn. Anda siapa ? Saya dulu kurang terkenal, dan untungnya sekarang juga.


Saya adalah seorang mahasiswa S1 ( Sekarang sudah sarjana ) jurusan Film di sebuah institusi di Jakarta kota bar-bar tersayang milik kita semua. Dimana aturan di kota ini adalah melanggar aturan. Dari sempitnya jarak antar manusia di Jakarta, saya sempat melahirkan sebuah tokoh untuk menambah kesemerawutan ibu kota. Saya beri nama Darius Usman.


Darius dilahirkan dari sebuah qoute dari filsuf besar Yunani.


" Satu hal yang aku tahu, aku tidak tahu apa-apa."


Darius gemar berkeliling dunia bersama saya untuk sekedar bertanya, mempertanyakan, memberi pertanyaan, bertanya-tanya dan tertanya. Tulisan dalam cerita ini sangat menyalahi kaidah penulisan karya sastra, baik dari penulisan tanda baca, ejaan, konten, etika, dan penggunaan istilah. Karena Darius dan saya tidak mau dianggap sebagai orang berintelejensi tinggi, ya walaupun pada dasarnya tidak juga. Cara membaca blog ini adalah membuka pikiran anda seluas-luasnya, jangan terlalu serius namun jangan pula tidak serius.


Salam dari orator minim pendengar !

Merdeka! ( kata siapa ? )

Rabu, 23 Juni 2010

Darius Usman, Feodalisme

Aku punya teman ah ah ah, teman sepermainan, ah ah ah, Namanya Darius Usman, Alkisah Darius sedang berjalan kaki di daerah Alun - alun Yogayakarta. Disana ramai sekali karena itu hari minggu. Ketika Darius sedang membeli nasi kucing untuk menghilangkan kelaparannya akibat meditasi mati raga -dia belum makan sejak 1973- konsentrasi massa bergerak menuju ke dekat pohon beringin besar di tengah alun - alun kota. Oh ada apa gerangan?. Darius segera melahap nasi kucing dan kucing milik si ibu penjual, dia bergegas pergi ke arah pohon beringin itu. Darius mendesal - desal masuk ke dalam kerumunan sambil aji mumpung untuk melakukan pelecehan sexual. Ternyata ada seorang berwajah arab berjenggot tebal sedang duduk dan diciumi tangan dan kakinya. Warga sangat antusias dengan orang itu seperti anak - anak TK yang berebut menciumi punggung tangan ibu gurunya karena sudah ingin pulang.

"Siapa orang itu ? " tanya darius. Ternyata dia adalah seorang Habib, wah sebegitu hormatnya mereka.

Darius : " Mas, ngapain nyium tangan dia?"
Mas-mas Jawa : " Wah mas dia itu Habib, dia pasti paling dicintai Tuhan, kita kalo nyium tangan dia dapet berkah."
Darius : " Wah, emang siapa yang bilang di yang paling dicintai ?"
Mas-mas Jawa : " wah yakin aku mas, dia tuh orang arab, pasti ada turunan - turunan Nabi. "
Darius : "Wah, emang udah pasti turunan Nabi mas?"
Mas-mas Jawa : " Sudah aku yakin bener ini mas."
Darius : " enak jadi orang Arab ya.."



Enak donk.


Darius lalu pergi ke rumah temannya , rumahnya dekat dengan keraton . Kabarnya teman darius juga masih keturunan Sultan.Tak lupa Darius membeli oleh -oleh untuk temannya. Dia beli roti di Abu Rizal Bakery. Darius mengetuk pitnu yang terbuat dari kayu jati itu. Ukurannya sekitar 2 meter. Tidak banyak ukiran pada pintu itu, tapi gagang pintunya sebesar lengan orang dewasa banget. Seorang wanita bertubuh kecil membuka pintu dengan wajah menunduk. Darius menyapa.

Darius : " Mba, mas Wartonya ada? "
Mba - mba jawa : " Bapak ada, lagi nonton TV. "
Darius : " Bilangin mba , Ken Arok dateng. "
Mba - mba Jawa : " Oh iya pak, tunggu sebentar. "

Pintu ditutup lagi, Darius belum disuruh masuk. Mungkin itu peraturan orang kaya, yang punya Rumah adalah Raja, yang mertamu belum tentu jadi Raja kalo ngga deket banget ama rajanya.

Pintu dibuka lagi. Mba - mba Jawa itu membuka pintu lagi.

Mba - mba jawa : " pak, Bapak bener namanya Ken Arok ?"
Darius : " Lah emang kenapa ?"
Mba - mba jawa : " Kalo bapak beneran Ken Arok, Pak Warto takut."
Darius : " Ya sudah bilang saja yang datang Komisaris Pabrik Pipa Paralon yang juga Presiden Sholat Subuh Nasional."
Mba - mba jawa : " Oh iya, pak sebentar."

Pintu ditutp lagi. Darius mulai kesal karena lama sekali dia disuruh masuk. Walaupun Darius juga yang salah karena tidak efektif memperkenalkan diri. Tak lama pintu dibuka.Nah! Wartokusumodihardjo keluar juga akhirnya kau!.

Warto : " Waaaahh Darius ! kenapa kau bilang kau ken arok? HAHAHA.. kalau gitu aku suruh masuk kau dari tadi.
Darius : " Ah,semenjak kaya kau berubah, tidak humoris lagi.", padahal Warto sudah kaya dari 6 generasi sebelumnya.
Warto : " Masuk - masuk Darius. Kau sudah punya pabrik pipa sekarang?"
Darius : " Ah, kata siapa ?"
Warto : " Tadi kata pembantuku.."
Darius : " Masa? Ah dia mendustaimu."

Lalu Warto dan Darius masuk ke ruang tengah. Ada sebuah TV LCD tanpa frame 40'. Mereka duduk di sofa besar yang di belakangnya ada sebuah akuarium air asin.

Warto : " Jadi sibuk apa kau sekarang ?"
Darius : "Ah gini-gini aja. Sedang mengerjakan proyek keliling Indonesia dengan seorang kawan. Dia menulis cerita pendek, dan aku jadi tokoh utamanya. Tuh orangnya duduk sebelah kamu."

Warto terkejut karena saya tiba -tiba ada disebelahnya.Saya tersenyum kepada Pak Warto sambil menulis cepat seperti notulen sidang dengan pensil kayu.

Darius : " Tidak apa - apa , dia tidak bicara, tidak minum, tidak makan, tidak tidur ,tidak tertawa dan tidak marah. Dia hanya menulis. Ini Proyek kami."
Warto : " Oh begitu ya? ya sudah tidak apa-apa."
Warto : " Mau minum apa kau ?"
Darius : "ahh..jangan merepotkan, Long Island saja. "
Warto : " Hahah, kau selalu merepotkan."
Warto : "MARRRRRRR ( nama pembantunya marsiah tapi nama di facebooknya maureen ), SINIIIIIII !!" , Warto teriak kencang sekali.
Mba - mba Jawa : "Iya pak .", mba - mba jawa berlari kecil lalu langsung duduk bersimpuh di samping warto.

Warto memberikan seluruh rentetan order kepada pembantunya.Selesai semua pesanan mba - mba jawa bangkit lalu berjalan dengan gigi mundur sedikit dan berbalik badan setelah berjarak sekitar 5 langkah dari Warto.
Mereka lalu bercakap - cakap tak terlalu lama, mengenai perang di palestina, mengenai kegagalan sistem "lanjutkan", mengenai apa saja. Setelah menghabiskan minuman , Darius dan saya pamit pulang. Karena ternyata Warto tidak menawarkan kami makan.

Darius dan saya lalu berjalan - jalan kembali di sekitar alun - alun. Kami ingin mencari makan yang menjadi ciri khas kota ini. Nasi kucing sudah, lalu kami ingin makan gudeg yang asli. Bertemulah kami dengan seorang penjual nasi gudeg, ibu - ibu tua berkulit kerut dan legam. Tempat nasinya di apit dengan kedua kakinya .

Sambil makan kami lalu berbincang - bincang.

Darius : " Kamu punya pembantu ?"
Saya : " Punya."
Darius : " Pembantu kamu duduk di bawah ?"
Saya : " Ngga, mereka duduk di kursi jg. Tapi yang mengurus nenek saya duduk di bawah."
Darius : " Kenapa harus duduk di bawah ?"
Saya : " Ini masalah penurunan ideologi generasi . Imprealisme Jawa di rumah saya masih sangat kental, jadi sikap feodalisme masih sangat melekat. Untungnya saya sudah berhasil untuk melepaskan atribut - atribut feodalisme itu."
Darius : " ia, saya tadi melihat seorang Habib, pemuka agama katanya. Tidak harus orang Jawa, semua ternyata masih menganut adanya ketidaksetaraan dalam manusia. Saya yakin dia mengerti betul agama. Apalagi Islam, saya yakin di dalam islam semua manusia adalah sama, tidak berpengaruh dari atribut - atribut keduniawian. Mengapa kita harus merendah di hadapan seseorang ? apakah yang dimaksud dengan hormat adalam mencium kakinya ? bukan kah itu sama dengan menyembah manusia ? dan efek buruknya mungkin yang disembah akan merasa jumawa dan menempatkan diri sebagi Tuhan itu sendiri. Itu akan beresiko melahirkan kediktatoran kecil di kelompok masyarakat."

Saya : "hmm.. aku sering mendengarnya."
Darius : " nah beda lagi kalau kita berbicara masalah pembantu."
Saya : " Pastilah beda ."

Darius : " Pembantu di Indonesia itu bukan profesi , melainkan kasta. Nah pembantu itu selalu diperlakukan seperti budak, belum lagi dengan jam kerja yang bisa 20 jam sehari. Tak perlu lah kita marah - marah sama Malaysia, orang Indonesia sendiri tidak lebih baik mengenai perlakuan terhadap pembantu. Hal ini menurutku adalah warisan feodalisme yang tak terputus. Kita kan sering menghina orang dengan kata - kata mukanya seperti pembantu. Berarti memang pembantu itu bukan profesi kalo mukanya sama semua, berarti memang sudah turun temurun. Pembantu mungkin masih banyak yang tergolong hamba dan budak di negara ini. Pembantu asal Indonesia pun terkenal dengan slogan mereka tidak takut mati, tapi mereka takut lapar. Maka dari itu mereka biasaya tidak mempedulikan perlakuan terhadap mereka. Karena takut tidak bisa makan."

Saya : " Sampai titik mana Feodalisme ada ?"
Darius : " wah sampai mana - mana, ingat kemarin sebuah partai mau menentukan Ketua Umumnya ?"
Saya : " ia, partai intial D itu ?"

Darius : " Semua calon bukannya mengeluarkan formula - formula perbaikan kaderisasi , malah sibuk mengklaim restu the royal family. Lalu sebuah partai besar yang ada "D" juga di tengah - tengahnya, Partai itu punya banyak talenta muda yang luar biasa berbakat, tapi Ratu Lebah juga yang jadi ketua lagi untuk sekian kali dan mungkin hingga akhir hayatnya. Lah terus huruf "D" yang diagung - agungkan itu apa fungsinya ?.Sistem Ikon pada partai di indonesia adalah penghambat segala pergerakan huruf "D"."


Saya : " Mungkin itu yang membuat kita berjalan di tempat ?.Yang saya herani ( mksdnya herankan ) adalah mengapa kebanyakan kita justru senang untuk melayani orang - orang yang lebih kaya dan akan kusebut yang kaya ini kelas priyayi dan raja, Kita seperti di doktrin cara hidup atau bertahan hidup adalah menjilat."
Darius : " Sudah barang tentu."
Saya : " Jadi kita mencari rumah ?"
Darius : " Jadi donk."

Lalu kami membayar 2 piring gudeg itu dan pergi ke daerah Kaliurang untuk mencari rumah, Darius berencana membeli rumah di Yogya. Akhirnya kami menemukan rumah yang cukup luas. Darius segera membayar rumah tersebut dengan uang cash yang ia bawa di dompet. Karena Darius orang penting maka dia berhak medapatkan uang pecahan Rp. 10.000.000,-.

Darius lalu merombak ulang rumah itu, dia bukanlah orang yang hanya berbicara tanpa ada tindakan seperti saya. Rumahnya dibuat rata semua tanpa lantai tingkat. Dia tidak membeli sofa atau tempat duduk lain. Semua hanya beralaskan karpet, ruang makan mereka berbentuk lesehan. Semua itu bertujuan agar Darius dan pembantunya duduk sama rata. Kamar pembantu tidak berada di belakang rumah , tapi sejajar dengan kamar - kamar lain. Ketika Darius memperkerjakan pembantu, supir, dan tukang kebun dia memberikan kontrak kerja dan segala perarturannya, jumlah jam kerja, hak libur,hak menolak pekerjaan yang membahayakan dan merugikan pembantu, hak tunjangan kesehatan dan hari raya. Semua tertera jelas dan ditandatangani di atas materai. Semua itu untuk memprofesionalismekan sebuah perkerjaan bernama pembantu rumah tangga. Oh Andai saya bisa seperti Darius.

Pemikirannya sederhana, sama - sama manusia.
Namanya juga sama , bekerja, berarti tak perlu dihina.



MAJU TERUS PEMBANTU INDONESIA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar