About This Blog

Sekapur Sirih dari Mas Anom.


Halo saudara, Saya Raden Anom Prakoso S.Sn. Anda siapa ? Saya dulu kurang terkenal, dan untungnya sekarang juga.


Saya adalah seorang mahasiswa S1 ( Sekarang sudah sarjana ) jurusan Film di sebuah institusi di Jakarta kota bar-bar tersayang milik kita semua. Dimana aturan di kota ini adalah melanggar aturan. Dari sempitnya jarak antar manusia di Jakarta, saya sempat melahirkan sebuah tokoh untuk menambah kesemerawutan ibu kota. Saya beri nama Darius Usman.


Darius dilahirkan dari sebuah qoute dari filsuf besar Yunani.


" Satu hal yang aku tahu, aku tidak tahu apa-apa."


Darius gemar berkeliling dunia bersama saya untuk sekedar bertanya, mempertanyakan, memberi pertanyaan, bertanya-tanya dan tertanya. Tulisan dalam cerita ini sangat menyalahi kaidah penulisan karya sastra, baik dari penulisan tanda baca, ejaan, konten, etika, dan penggunaan istilah. Karena Darius dan saya tidak mau dianggap sebagai orang berintelejensi tinggi, ya walaupun pada dasarnya tidak juga. Cara membaca blog ini adalah membuka pikiran anda seluas-luasnya, jangan terlalu serius namun jangan pula tidak serius.


Salam dari orator minim pendengar !

Merdeka! ( kata siapa ? )

Jumat, 01 Oktober 2010

Darius Usman, merdeka atau mati.

Aku punya teman ah ah ah, teman seperjuangan ah ah ah, namanya darius usman, alkisah darius sedang jalan santai di jalan sudirman, tempat berkumpulnya para kelas pekerja dan konglomerat. Hari itu libur karena katanya Indonesia sedang ulang tahun. Upacara di lapangan-lapangan dengan 2 jenis pidato, pidato yang sudah diulang-ulang atau pidato untuk kampanye yang tidak ada korelasinya dengan kemerdekaan. Darius tidak lupa update status, berharap di beri komentar.

" @ sudirman, sepi nih."
Darius lantas menunggu komentar. Tak lupa memberi like this pada status sendiri.




puk!.
muncul satu notification.
" Raden Anom Prakoso commented on your status."
------------------------------------------------
" Peduli setan lu mau dimana."

Darius sedih, hanya si anom yang tidak ramah itu yang memeberi komentar, lalu dia melanjutkan berjalan bersama anom untuk menemui seorang veteran perang 45 di daerah Manggarai, katanya orang itu pernah membunuh si pitung waktu jaman belanda.

Darius mengucap salam, si pak veteran membalas. Saya juga ikutan, tapi veteran tidak ragu untuk membalas. Veteran itu bernama Warmijan, panggilannya pak War. Dia sangat suka perang. Wah memang nama itu doa.
Pak War berkeluh kesah mengenai nasib para veteran, janji presiden yg purnawirawan, janji presiden yang sipil, " Ah sama saja namanya presiden itu tugasnya bikin janji saja."

Pak War ingat betul suara bung tomo, Merdeka atoe Mati !. itu tahun 45 tapi, sekarang 2010 Merdeka atoe Mati masih sangat relevan. Tahun 45 kita berperang, dijajah belanda dan jepang. Daripada hidup dijajah lebih baik mati memperjuangkan kebebasan. Tahun 2010 penjajah lebih banyak lagi. Ada perusahaan asing, ada konglomerat lokal, ada paguyuban permak wajah,payudara,dan alat vital. Mereka adalah bagian besar penguasa peluang dan pilihan dalam kehidupan warga negara marjinal yang mayoritas itu. Yah karena sudah tidak punya kesempatan dan penutupan pilihan oleh kelas pemilik modal itu maka mereka pilih mati saja.Semangat yang sama dari tahun 1945-2010. Jangan ragukan Nasionalisme anak bangsa.

Maka Darius, Anom , dan Pak War meneriakkan !

MERDEKA (boleh) ATOE (kalo susah) MATI (aja)!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar